DESAIN PENGEMBANGAN KURIKULUM SEKOLAH ISLAM DI ERA 4.0
DESAIN PENGEMBANGAN KURIKULUM SEKOLAH ISLAM DI ERA
REVOLUSI INDUSTRI 4.0
Syifa’ur Romli
Program Pascasarjana IAI Al Qolam Malang
syifaurromli19@alqolam.ac.id
Abstrak
Pendidikan Islam dalam menghadapi tantangan era
revolusi industri 4.0 harus dipersiapkan secara matang sebab dalam masa ini
semua orang tidak terkcuali peserta didik dapat mengakses segala macam dengan
mudah atas adanya perkembangan teknologi. Merancang suatu pembelajaran dalam
hal ini kurikulum, seorang pendidik dituntut untuk dapat merumuskan tujuan
pembelajaran secara jelas dan tegas, sehingga proses pembelajaran terorganisasi
secara sistematis dengan baik sehingga pendidikan Islam dapat menyiapkan sumber
daya manusia yang beriman dan berakhlak serta menjadi intelektual muslim yang
berdaya saing. Materi-materi yang dirumuskan dalam kurikulum harus disesuaikan
dengan keadaan dan kebutuhan skill di era 4.0 dan secara komprehensif menjadi
tanggung jawab bersama oleh seluruh pihak yang terkait dalam ekosistem
pendidikan. Pendidik harus menyesuiakan dan memiliki kompetensi yang
dibutuhakan di era 4.0. serta sarana prasarana yang disesuaikan dengan
perkembangan teknologi.
Kata Kunci: Desain, Kurikulum, Era Revolusi Industri 4.0
A.
Pendahuluan
Pendidikan
Islam dimaksudkan agar para peserta didik mendapatkan transfer keilmuan yang
jernih dan dapat membentuk pribadi manusia yang bertakwa kepada Allah SWT. Qomar
mendefinisikan manajemen pendidikan Islam sebagai suatu proses pengelolaan
lembaga pendidikan Islam secara Islami dengan cara mensiasati sumber belajar
dan hal lain yang terkait untuk mencapai tujuan pendidikan Islam secara efektif
dan efisien.[1].
Pendidikan di Indonesia, terkhusus Pendidikan Islam diupayakan agar dapat
menyelesaikan segala permasalahan yang sedang atau akan terjadi. Mengingat di
era 4.0 ini, pada masing-masing manusia terdapat persoalan kehidupan yang
berbeda-beda dan bermacam bentuknya. Sehingga Pendidikan Islam diharapkan mampu
menjawab segala tantangan perubahan zaman di masa mendatang.
Terkait
berkembangnya arus zaman dan teknologi, pendidikan Islam telah mendapatkan
perhatian yang lebih serius oleh para pakar keilmuan. Dalam beberapa masa
terakhir ini, telah banyak perubahan dan perkembangan keilmuan Islam yang relevan
dan lebih terstruktur. Sehingga menghasilkan program pendidikan yang lebih
bermutu dan melahirkan kader yang berdaya saing tinggi. Bukan tidak mungkin
juga jika lulusan pendidikan Islam dapat mengimbangi setiap adat istiadat serta
mampu dengan bijak dalam menyikapi setiap persoalan yang melintang di
hadapannya ketika telah terjun dalam dunia masyarakat umum.
Perubahan
dan perkembangan kurikulum merupakan dinamika dalam pendidikan. Begitu pula
dalam pelaksananan pendidikan Islam bukan hanya sebatas pada ranah pemahaman
dan melaksanakan kewajiban dalam mengimplementasikan kurikulum saja, namun
pendidik ditutut untuk dapat mengembangkan kurikulum pendidikan Islam dalam
perkembangan era revolusi 4.0 yang terjadi sehingga pendidikan Islam dapat
bermanfaat dan dilaksanakan dalam hidupnya sebagai way of life.[2]
Maka pengembangan kurikulum Pendidikan Islam perlu disiapkan sebaik mungkin
sehingga pendidikan Islam dapat memberikan spirit dalam memanfaatkan
perkembangan dan perubahan di era disrupsi agar menjadi acuan pedoman di dalam kehidupan
manusia.
DESAIN PENGEMBANGAN KURIKULUM SEKOLAH ISLAM DI ERA 4.0 |
Hal ini sesuai dengan tujuan pendidikan Indonesia, yang mana pendidikan Islam digalakkan untuk terus berkembang dan berpotensi unggul. Sebab jika dilihat dari sisi sejarah, pada awalnya pendidikan yang lebih dahulu masuk di Indonesia adalah pendidikan Islam. Tanpa mengesampingkan bidang keilmuan lain (ilmu umum), yang juga penting dan akan lebih sempurna jika manusia (para kaum intelektual) mampu menyandingkan keduanya secara efektif dan efisien. Yang pada akhirnya akan menciptakan generasi muda penerus bangsa yang bermutu secara akademik maupun religius. Dalam arti lain, berkualitas dalam segi intelektual sekaligus menjadi pribadi yang religius dan berakhlak.
B. Pembahasan
- Konsep
Pengembangan Kurikulum Sekolah Islam di Era Revolusi Industri 4.0
Pendidikan Islam dan tantangan era
4.0 berupaya memberikan pengetahuan dan pemahaman tentang ajaran-ajaran Islam
yang mengatur, menjelaskan dan membimbing agar dijadikannya cara pandang dan
anutan yang benar oleh seorang muslim. Pendidikan Islam adalah bagian penting
dalam sebuah peradaban manusia agar dapat bertahan dari dinamika perkembangan
dan perubahan. Perubahan dan perkambangan bukanlah suatu yang dapat dielakan.
Perkembangan pengetahuan dan teknologi dengan tekanan global, menjadi acuan
perubahan cara kerja dan cara pandang masyarakat dunia dalam menjawab tantangan
seiring berkembangnya Ilmu Pengetahuan dan Teknologi.
Perubahan yang terjadi berupa
masuknya era baru atau revolusi industri 4.0 yang kemudian dikenal juga sebagai
era digital atau era disrupsi. Pada era ini, perubahan yang mendasar dan masif
tejadi pada masyarakat di bidang teknologi yang mempengaruhi berbagai aspek
kehidupan di masa yang akan datang.[3]
Karenanya dalam hal ini dibutuhkan konsep pendidikan yang lebih tepat dan
bersifat dinamis guna menyesuaikan kebutuhan masyarakat atas adanya berbagai
perkembangan yang terjadi tanpa melenceng dari filosofi asas Negara dan agama
di tengah masyarakat. Seperangkat pendidikan yang terarah dan memiliki tujuan
serta berperan sebagai penentu keberhasilan dari suatu sistem pendidikan, yakni
kurikulum.
Kurikulum merupakan salah satu alat
untuk mencapai tujuan suatu pendidikan sekaligus sebagai pedoman dalam
melaksanakan pembelajaran pada semua jenis dan tingkat pendidikan. Kurikulum
sebagai nafas atau inti dari sebuah pendidikan dengan sifatnya yang dinamis,
dituntut untuk selalu relevan dengan berkembangnya arus zaman untuk
memberdayakan potensi peserta didik. Sebagai sebuah rancangan kurikulum perlu
adanya penyesuaian, penekanan dan penguatan dalam penyusunannya dengan tetap
berpedoman pada norma dan nilai yang ada. [4]
Sedangkan kurikulum pendidikan
Islam, dengan berbagai temuan teknologi baru yang suatu saat mungkin akan
berbenturan. Pendidikan Islam sangat erat dengan nilai mempertahankan (hifdzun)
namun perlu diadakan matari-materi yang memberikan pemahaman terhadap bagaimana
berpikir, bersikap, dan bertindak dengan kemjauan dan perkembangan yang
terjadi. Maka diperlukan penyesuaian kurikulum pendidikan Islam yang tetap
terkait dengan materi yang telah ada, dengan pertimbangan perkembangan
teknologi yang bermunculan dengan berbagai upaya pengembangan yang harus
dilakukan ke arah yang lebih baik.
Berkaitan dengan upaya yang dirasa
tepat dengan tetap memperhatikan prinsip agar materi-materi pendidikan Islam
tidak kehilangan ruh-nya. Adapun prinsip dalam pengembangan kurikulum
yang harus diperhatikan adalah sebagai berikut :
- Prinsip
relevansi; yakni penyesuaian materi dengan situasi dan kondisi lingkungan
dengan mengutamakan kebutuhan peserta didik serta dapat bermanfaat di masa
yang akan datang.
- Prinsip
fleksibelitas; dalam hal ini materi pendidikan Islam harus dapat
menyesuaikan setiap keadaan dengan tetap dalam bingkai pendidikan Islam
agar peserta didik menggapai masa depan yang berkualitas.
- Prinsip
kontinuitas; berarti materi pendidikan Islam harus memiliki kesinambungan
dengan memperhatikan segala dinamika perubahan seperti sosial, jenjang
tingkatan, dan kebutuhan peserta didik.
- Prinsip
efisiensi; yakni dalam pengembangan materi pendidikan Islam harus
melibatkan setiap stake holder yang terkait (lembaga, para ahli,
pengamat, pendidik, peserta didik, dan lain sebagainya) agar sesuai dengan
capaian tujuan pendidikan Islam.
- Prinsip
praktis, berarti materi pendidikan Islam bersifat dinamis untuk dapat
dipadukan dengan kemajuan teknologi dari masa ke masa.[5]
- Tujuan
Sekolah Islam di Era Revolusi Industri 4.0
Adanya perkembangan yang pesat
terkait teknologi khususnya di era revolusi industri 4.0 ini, telah memunculkan
berbagai perubahan pada pendidikan di Indonesia. Mulai dari sistem hingga
pelaksanaannya, terlebih pada masa ini. Yakni lebih banyaknya sekolah yang
memilih untuk memaksimalkan teknologi yang ada dalam penyelenggaraan proses
pendidikan. Hal ini bisa dianggap sebagai sebuah kemajuan yang sempurna jika
pada prakteknya pelaksanaan pendidikan terutama di sekolah Islam dapat mencapai
tujuan yang dikaitkan.
Tujuan sekolah Islam, yang dalam
termuat pendidikan Islam di dalamnya perlu disesuaikan dengan tantangan yang
tengah dihadapi dan pergulatan kemajuan dan perkembangan zaman. Tujuan Pendidikan
Islam yaitu untuk mendidikan ajaran agama Islam agar menjadi pedoman/anutan dan
pandangan hidup peserta didik sebagai seseorang muslim.[6]
Sekolah Islam yang dalam kesehariannya menerapkan nilai-nilai agama untuk dapat
dipahami serta diaktualisasikan dalam kehidupan nyata oleh peserta didik,
mempunyai tujuan yang dirinci sebagai berikut :
- Pendidikan
Islam menjadi jiwa dan semangat hidup peserta didik dalam bersikap,
bertindak dan bertingkah laku.
- Materi
pendidikan Islam dapat berkontribusi dalam meningkatkan kualitas skill
dalam menghadapi era revolusi industri 4.0.
- Oreintasi
pada tahap pencegahan atau pertahanan dalam menghadapi perubahan yang
pesat agar tetap berada di jalur nilai-nilai Islami.
- Pendidikan
Islam sebagai penguat ahklak, baik kepada sesama manuisa atau
kepada Tuhan sehingga tertanam etika yang kuat dalam menyikapi perubahan
dan perkembangan.
- Pendidikan
Islam sebagai penguat mu’amalah, mengajarkan kemandirian ekonomi
yang berdaulat dan menghidupkan tanpa melupakan hak dan kewajiban untuk
saling berbagi antar sesama. Dsb.
- Tantangan
Pendidikan Islam di Era Revolusi Industri 4.0
Pendidikan agama Islam menghadapi
tantangan disrupsi di era revolusi industri 4.0. Perkembangan teknologi digital
membuat semua orang dapat mengakses segala macam informasi serta terhubung
dengan cepat melalui internet dan inovasinya (internet of thing). Efek
dari sebuah teknologi perpotensi postif dan negative bagi manusia. Pendidikan
agama Islam harus dapat menyiapakan sumber daya manusia yang beriman dan
berakhlak serta menjadi intelektual muslim. Pengembangan kurikulum pendidikan
Islam merupakan upaya dalam menghadapai tantangan di era revolusi industri 4.0.
Salah satu substansi dari
pendidikan Islam adalah pendidikan moral merupakan suatu upaya membantu peserta
didik dalam menuju satu tahap perkembangan sesuai dengan kesiapan mereka.
Dilema-dilema moral sudah cukup untuk menggerakkan perkembangan moral untuk
membantu peserta didik dalam menyikapi isi nilai. Pendidikan moral yang
dimaksud adalah sebagai pertahanan dalam menghadapi perubahan kemajuan era
digital yang tidak jarang bermuatan hal-hal yang bertentangan dengan norma
agama.
Pada masa revolusi industri 4.0
yang kemudian juga dikenal dengan era digital ini, isu kemanusiaan yang
berkaitan dengan intoleran, minoritas, diskriminasi, persekusi, friksi dan
konflik serta dalam bidang agama muncul tren konservatif. Paradigma pendidikan
Islam pada masa ini dihadapkan pada dua persoalan mendasar. Yang pertama,
adanya perubahan dan perkembangan teknologi diartikan sebagai sebuah kemajuan
dan inovasi yang memudahkan sistem pendidikan sebagai sara pembelajaran yang
efektif dan efisien sesuai kebutuhan peserta didik. Sedangkan yang kedua,
adanya perubahan dan perkembangan tekonologi juga laksana pisau bermata dua
yang memiliki potensi akan menimbulkan dampak positif maupun negative.
Adanya tantangan dalam bentuk
permasalahan sebisa mungkin diiringi dengan solusi untuk mengatasi permasalahan
yang ada. Dunia pendidikan saat ini mulai disibukkan untuk menyiapkan generasi
yang mampu bertahan dalam kompetisi di era industri 4.0. Dalam menghadapi era
revolusi industri 4.0, ada beberapa hal yang harus dipersiapkan sebagai solusi
dari tantangan pendidikan Islam di era revolusi industri 4.0 ini yang
diantaranya :
- Persiapan
sistem pembelajaran yang lebih inovatif untuk menghasilkan lulusan yang
kompetitif dan terampil.
- Rekonstruksi
kebijakan kelembagaan pendidikan yang adaptif dan responsif terhadap
revolusi industri 4.0 dalam mengembangkan disiplin ilmu yang dibutuhkan.
- Persiapan
sumber daya manusia yang responsif, adaptif dan handal untuk menghadapi
revolusi industri 4.0.
- Perbaikan
maupun penyediaan sarana prasarana dan pembangunan infrastruktur
pendidikan hingga riset untuk menopang kualitas pendidikan.
- Yang
paling utama dan tak kalah penting adalah kesesuaian kurikulum dan
kebijakan pendidikan di Indonesia.[7]
- Model
Pengembangan Kurikulum Sekolah Islam Revolusi Industri 4.0
Singkatnya,
kurikulum adalah seperangkat alat
pendidikan yang sangat krusial dalam kerangka sistem pendidikan baik formal,
nonformal bahkan informal. Kurikulum juga merupakan salah satu tolak ukur berhasil atau tidaknya sebuah sistem
pendidikan, sehingga perlu dilakukan pengembangan kurikulum agar lembaga pendidikan yang ada dapat merespon tuntutan masyarakat terutama pada saat ini.
sedangkan dalam pengembangannya, kurikulum perlu memperhatikan beberapa aspek
serta langkah yang akan dilalui dalam pelaksanaannya. sehingga komponen yang
termuat di dalam kurikulum adalah tepat guna dalam menjawab perkembangan zaman.
Desain kurikulum yang akan
digunakan pada sekolah Islam, sejatinya memiliki kesamaan dengan metode yang
digunakan di pesantren. Yang pada penerapannya perlu diperhatikan tahapnya
mulai dari perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi, dengan segala kelebihan dan
kekurangan atau hambatan yang mungkin akan timbul. Dan pada era digital ini,
kurikulum harus disesuaikan dengan metode dan strategi pembelajaran serta dapat
disesuaikan dengan kondisi perkembangan peserta didik beserta fasilitas
pembelajaran yang berlaku. Kurikulum sebagai penentu keberhasilan proses
pendidikan, maka diperlukan desain kurikulum yang berkualitas. Tidak hanya
berkualitas tetapi juga sesuai dengan tantangan perkembangan zaman.
Beberapa model desain kurikulum
yang ditawarkan oleh pakar pendidikan di antaranya; Separated Subject
Curriculum, Correlated Curriculum, Learned-Centered Design, Problem Centered
Design dan Integrated Curriculum. Dalam hal ini yang dianggap lebih
efektif dan tepat untuk jenis Sekolah Islam adalah Integrated Curriculum.
Adapun model desain kurikulum terpadu yang dapat diterapkan di Sekolah Islam pada
era revolusi industri 4.0 secara lebih spesifik, sebagai berikut :
- Metode
ceramah diganti menjadi metode diskusi
Pada materi pendidikan Islam yang
notabene menggunakan metode ceramah, hal tersebut sudah tidak efektif lagi
untuk dilakukan di tengah merebaknya teknologi yang ada saat ini. Yakni pada
pembelajaran klasik yang mana peserta didik hanya menjadi pendengar sejati,
kemudian diubah menjadi pembelajaran yang lebih mengutamakan memberikan
kesempatan pada peserta didik untuk dapat mengeksplorasi kemampuan dan bakat
masing-masing dengan tetap memperhatikan psikologi perkembangan peserta didik. Dalam
arti lain juga memberikan kesempatan peserta didik agar terlatih untuk berani
dalam menyuarakan pendapatnya (diskusi), sehingga kebiasaan tersebut akan
menjadi kemampuan pribadi peserta didik yang dapat bermanfaat bagi masa
depannya dalam hidup dan pengabdiannya bagi masyarakat.
- Pembelajaran
terpusat pada siswa/peserta didik (Student Centered Learning)
Adalah upaya agar belajar secara
aktif sedangkan peranan pendidik yaitu sebagai organisator,
mengawasai/mengamati, memfasilitasi, dan mengevaluasi terhadap kegiatan
pembelajarannya.[8]
Salah satu upaya yang dapat dilakukan, dengan membangun minat baca peserta
didik untuk mendapatkan informasi dan pengetahuan yang lebih luas tidak hanya
di dalam kelas. Untuk membantu penerapannya, peserta didik dapat diarahkan ke
perpustakaan sebagai rujukan. Oleh karenanya perpustakaan harus mampu
menyediakan rujukan dan memberikan fasilitas yang dibutuhkan peserta didik
sebagai penunjang proses pembelajaran.
- Teknologi
sebagai sarana pembelajaran dan monitoring bagi peserta didik
Artinya, pada era digital ini
sarana belajar manual yang tidak sesuai dengan perkembangan teknologi akan
terasa membosankan bagi peserta didik. Mengingat generasi muda saat ini telah
banyak dipengaruhi oleh perkembangan teknologi. Dan di sinilah peran Sekolah
Islam dalam mendidik dan memberikan pemahaman agar peserta didik mempunyai
kepribadian yang tetap pada poros Islami. Upaya yang dapat dilakukan adalah
dengan memberikan tugas atau kegiatan wajib dari sekolah. Di sisi lain peran
guru yang tidak hanya pemberi tugas atau pemberi kebijakan, tetapi juga
berperan untuk melakukan pengawasan dari setiap tugas maupun kegiatan yang
diberikan agar dapat tercapai tujuan pembelajaran yang efektif dengan tetap
memanfaatkan teknologi yang ada. Artinya, dengan menggunakan internet materi
maupun proses pembelajaran dapat diakses dengan mudah dimanapun dan kapanpun
serta data-datanya dapat otomatis tersimpan secara online. Pengunaan
teknologi digital dan internet sejak dini diharuskan untuk diawasi
adalah dalam rangka agar peserta didik dapat melek dengan teknologi sehingga
mereka dapat berinovasi dan kreatif dalam pembelajrannya serta dapat berguna
pada masa yang akan datang.
- Aktualisasi
dan implementasi teori oleh peserta didik
Pada masa sekarang ini, tujuan
pembelajaran yang efektif bukan lagi peserta didik melulu dijejeli teori dan
materi tetapi juga diberlakukan praktik atau penerapan dari materi yang telah
diberikan. Hal ini dilakukan untuk melatih peserta didik agar dapat
mengidentifikasi kemampuan ataupun bakat yang dimiliki masing-masing hingga
dapat mengantarkannya kepada puncak pencapaian tertinggi yang sesuai dengan
kemampuannya di kehidupan nyata. Sebagai contoh; materi pendidikan Islam yang
diimplementasikan dalam kehidupan nyata salah satunya ‘ubudiyah berikan
pengertian lalu praktikkan dalam kegiatan sehari-hari misal sholat lima waktu (hablun
minallah), materi pengetahuan sosial
dan kaitkan dengan Islam yang mengajarkan tentang pentingnya menjaga hubungan
baik antar sesama (hablun minan nas), materi pengetahuan alam maka ajak
peserta didik untuk turun langsung dan berikan penjelasan keterkaitannya dengan
ajaran Islam (hablun minal ‘alam).
Eksistensi ilmu umum dan ilmu agama
sebagai satu kesatuan yang saling berkaitan dan mempunyai ketergantungan dapat
dicapai dengan berbagai pendekatan. Pendekatan kurikulum keterpaduan (integrated
curriculum) merupakan suatu sistem totalisme yang terdiri dari
komponen-komponen yang saling berhubungan dan berinteraksi baik antar komponen
dengan komponen maupun antar komponen dengan keseluruhan.[9]
Hal tersebut bisa diraih jika berbagai bidang keilmuan dapat diintegrasikan
secara utuh maupun parsial menjadi satu kesatuan yang diberikan kepada peserta
didik yang bertujuan untuk mengembangkan kompetensi.
Dengan demikian dapat menegaskan kembali
peran pendidikan Islam bagi bidang keilmuan lainnya, bahwa sesungguhnya segala
bidang ilmu yang ada adalah bersumber dari ajaran Islam. Merebaknya teknologi
dan perubahan zaman, maka peserta didik dapat memahami dan menyadari akan
pentingnya pendidikan Islam sebagai pedoman untuk diterapkan dalam kehidupan
bermasyarakat. Juga tidak mengesampingkan jenjang pendidikan dalam
penerapannya, karena berhubungan erat dengan metode pendekatan yang akan
digunakan. Adapun jika berdasar kepada psikologi perkembangan sebagai
pendekatan, metode yang digunakan dan menjadi acuan penekanan dalam pembelajaranya
dapat dipahamai adalah sebagai berikut :
- Jenjang
Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah
Pendekatan yang tepat untuk
digunakan adalah metode hafalan dan tanya jawab. Mengingat pada masa anak-anak
kemampuan menghafal begitu bagus dan cepat, dikatakan oleh ahli bahwa anak-anak
ibarat spon yang dapat menghisap air dengan mudah hal ini terbukti dari para
ahli Al-Qur’an dan Hadits yang telah mampu menghafalnya pada usia anak-anak
contoh Al-Gazali, imam Syafi’i dll. Dan metode tanya jawab (diskusi) penting
untuk ditanamkan sejak dini agar melatih peserta didik untuk aktif melontarkan
persoalan yang tidak atau ingin diketahuinya.[10]
- Jenjang
Sekolah Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah
Pada masa ini peserta didik sudah
memasuki masa baligh, dimana sudah dibebankan kewajiban atas ajaran
agama Islam. Namun tentu hal ini sudah dibiasakan sejak dini sebelumnya maka
pada masa (SMP/MTs). Dengan penekanan praktik maka cocok menggunakan metode
eksperimental. Metode ini adalah metode pembelajaran dengan menempatakan peserta
didik pada aktivitas percobaan dengan membuktikan dan mengalami sendiri apa
yang dipelajarainya.
- Jenjang
Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah
Pada tahapan ini peserta didik
lebih ditekankan pada bagimana merekonstruksi pemahamanya dari bacaan dan pengamatan
terhadap materi yang dipelajarinya (analisis kritis). Metode ini menekankan
pada peserta didik untuk berpikir, mencari data-data, membuka wawasan dan
merangsang peserta didik untuk berpendapat sehingga akhirnya dapat menarik
sebuah kesimpulan sendiri terhadap materi yang dipelajarinya.[11]
Akan tetapi atas segala pembahasan
yang telah dijelaskan di atas, peran orang tua dan lingkungan juga tak kalah
penting sebagai penentu keberhasilan. Sebab para peserta didik akan lebih
banyak menghabiskan waktu di rumah bersama orang tua, maka arahan dan
pengawasan orang tua juga sebagai hal yang sangat berperan. Sebaik apapun
sebuah sistem, kurikulum maupun pelaksanaannya oleh pendidik dan peserta didik
jika tidak melibatkan peran orang tua, maka akan menimbulkan potensi
keberhasilan yang tidak sempurna. Oleh karenanya, pihak Sekolah dapat melakukan
sosialisasi untuk memberikan pengertian kepada para orang tua terkait kebijakan
Sekolah anak tetap dipantau dalam setiap kegiatannya.
- Kompetensi
Guru dan Lulusan Sekolah Islam di Era Revolusi Industri 4.0
- Kompetensi
Guru
Berkembangnya era 4.0 adalah
momentum bagi guru agar proses pembelajaran hendaknya dapat meningkatkan
kualitas kompetensi pribadi dan peserta didik. Pemanfaatan teknologi berupa
alat-alat canggih masa sekarang diimbangi dengan kemampuan melalukan metode
efisien yang tertata dengan baik dalam mengenyam pendidikan sebagai upaya
transferisasi ilmu. Dalam hal ini, guru cenderung akan memanfaatkan alat- alat
ataupun produk (media) teknologi yang mereka anggap dapat membantu dalam proses
pembelajaran sehingga perlu menjadi perhatian bagi para pengembang teknologi
pembelajaran.[12]
Seberapa bagusnya sistem pendidikan
atau kurikulum yang telah dibuat kalau kompetensi dari pendidik tidak turut
dikembangkan maka akan terjadi hambatan dalam merealisaikan kuirikulum.
Pengembangan kompetensi pendidik harus sejalan dengan dinamika perkembangan di
era revolusi industri 4.0. Adapun kompetensi pendidik di era revolusi industri
4.0 yang harus dimiliki dan dikuasai diantaranya :
1) Kemampuan dalam memahami dan menguasai
teknologi serta mampu membuat peserta didik mempunyai sikap entrepreneurship
(kewirausahaan) dengan perkembangan teknologi dan berinovasi.
2) Kemampuan pendidik dalam memberikan
pembelajaran dengan berbasis internet of thing sebagai basic skill
yang harus dimiliki di era industri 4.0.
3) Kemampuan beradaptasi dengan berbagai
budaya dengan dunia tanpa sekat di era global tanpa kehilangan esensi budaya
luhur dan nilai-nilai Islami serta
kemampuan dalam memecahkan persoalan Nasional.
4) Kompetensi dalam melihat, menganalisis,
menilai serta memprediksi peluang-peluang di masa depan sehingga dapat
menentukan strateginya dengan mengikuti penelitian, pengabdian kepada
masyarakat, dsb.
5) Kemampuan dalam memberikan pemahaman dan
solusi terhadap persoalan pelajaran dan psikologi anak yang depresi dan stres
akibat tekanan keadaan yang berat dan semakin kompleks.
- Kompetensi
Lulusan
Kompetensi bahan kajian pendidikan
Islam secara integral mencakup dimensi sikap, pengetahuan dan keterampilan. Dimensi
sikap memiliki perilaku yang mencerminkan sikap: beriman dan bertakwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa, berkarakter, jujur, dan peduli, bertanggungjawab,
pembelajar sejati sepanjang hayat, serta sehat jasmani dan rohani. Dimensi
pengetahuan memiliki pengetahuan faktual, konseptual, prosedural, dan
metakognitif pada tingkat dasar, teknis, spesifik, detail dan kompleks
berkenaan dengan: ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya dan humaniora.
Mampu mengaitkan pengetahuan di atas dalam konteks diri sendiri, keluarga,
istansi pendidikan, masyarakat dan lingkungan alam sekitar, bangsa, dan negara.
Dan dimensi keterampilan memiliki keterampilan berpikir dan bertindak:
“kreatif, produktif, kritis, mandiri, kolaboratif, dan komunikatif” melalui
pendekatan ilmiah sebagai pengembangan dari yang dipelajari di satuan
pendidikan dan sumber lain secara mandiri.
- Sarana
dan Prasarana
Adanya perkembangan yang pesat
terkait era revolusi industri 4.0 mengakibatkan banyak bermunculan inovasi
media pembelajaran, seperti media komunikasi elektronik berupa handphone,
televisi, radio, dan lain sebagainya yang berhasil menembus batas geografis,
sosial, dan politis secara intens. Kecanggihan teknologi merupakan
karakteristik era revolusi industri 4.0. Perubahan dari fase ke fase memberi
perbedaan artikulatif pada sisi kegunaaannya. Fase pertama (1.0) penemuan mesin
yang menitikberatkan pada mekanisasi produksi. Fase kedua (2.0) beranjak pada
etape produksi massal yang terintegrasi dengan quality control dan
standarisasi. Fase ketiga (3.0) memasuki tahapan keseragaman secara massal yang
bertumpu pada integrasi komputerisasi. Fase keempat (4.0) telah menghadirkan
digitalisasi dan otomatisasi perpaduan internet dengan manufaktur.[13]
Bagian yang juga tak kalah penting
yaitu sarana dan prasarana, hal ini harus menjadi perhatian bersama terutama
pihak Pemerintah. Tersedianya teknologi pembelajran sebagai sarana prasarana
pendukung pembelajaran di era 4.0 untuk menujang peroses pembelajaran yang
efektf dan efisien. Ketersedian ruang belajar yang nyaman dan aman akan
memberikan efek positif bagi terdidik dalam belajar. Ruang perpustakaan yang
memadai dan nyaman sebagai sumber penyedia literasi dari sekolah, kecamatan,
kabupaten/kota dan daerah baik literasi yang berbasis kovensional mapuan yang
berbasis teknologi (Digital Library).[14]
C.
Kesimpulan
Pendidikan
agama Islam di era disrupsi harus dapat memberikan kontribusi dalam peningkatan
kualitas sumber daya manusia. Orienatasi pendidikan Islam bukan sebatas mata
pelajaran keagaman dari bagian kurikulum, namun harus dapat menciptakan
intelektual muslim yang dapat memecahkan persoalan masyarakat atau umat. Dalam
perubahan dan perkembangan yang terjadi di era revolusi industri 4.0 pendidikan
Islam bukan hanya sebagai tindakan preventif tarhadap efek dari sebuah
perkembangan era, namun harus menjadi bagian dari perkembangan dan bahkan
diharapkan dapat memotori perubahan dengan sikap keilmuan tanpa dikotomi.
Metode pembelajaran pendidikan agama Islam harus dapat dipadukankan dengan
perkembangan teknologi.
Berbagai
tantangan yang muncul di era ini, menuntut para pakar dan pengelola pendidikan
terkhusus pendidikan Islam untuk menata ulang sistem yang ada dalam
mengantisipasi tantangan tersebut. Dan berkaitan dengan desain kurikulum yang
tepat adalah kurikulum terpadu (Integrated Curriculum) untuk melatih
kemampuan dan kepekaan sosial dalam menghadapi setiap persoalan yang didasarkan
kepada ajaran dan nilai Islam. Dengan memperhatikan metode pendekatan yang
sesuai dengan jenjang pendidikan/psikologi perkembangan peserta didik oleh
tenaga terdidik dan memiliki kompetensi di bidangnya dengan didukung oleh
sarana prasana maupun fasilitas penunjang lainnya. Sehingga melahirkan lulusan
yang memiliki kompetensi tinggi yang berakhlak dan berbudi luhur serta dapat
bermanfaat bagi sesama.
Daftar
Rujukan
Abul, Waid. (2014). Menguak Fakta
Sejarah Penemuan Sains Dan Teknologi Yang Diklaim Barat. Jogjakarta:
Laksana.
Arif, Khusnan. (Januari 2011).
“Teknologi Pembelajaran PAI (Pendidikan Agama Islam) dalam Paradigma
Konstruktivistik”. Jurnal Fikroh. Vol. 4. No. 2.
Dewantoro, Hajar. (2003) “Pengembangan
Kurikulum Pendidikan Agama Islam”, Jurnal Pendidikan Islam Fakultas Ilmu
Agama Islam. Vol. 9.
Munir. (2009). Kurikulum Berbasis
Teknologi Informasi dan Komunikasi. Bandung: Alfabeta.
Priatana, Tedi. (2018). “Inovasi
Pembelajaran PAI Di Sekolah Pada Era Disruptive Innovation”. Jurnal Tatsqif:
Jurnal Pemikiran dan Penelitian Pendidikan. Vol. 16.
Putra, Haidar. (2004). Pendidikan
Islam. Jakarta: Kencana.
Qomar, Mujammil. 2007. Manajemen Pendidikan Islam. Surabaya:
Erlangga.
Ramayulis dan Samsul Nizar. (2009). Filsafat
Pendidikan Islam. Jakarta: Kalam Mulia.
Risdianto, Eko. (2019). Analsisis
Pendidikan Indonesia di Era Revolusi Industri 4.0. Bengkulu: Universitas
Bengkulu.
Syaefudin Sa’ud, Udin. 2009.
Inovasi Pendidikan. Bandung:
Alfabeta.
Syahri, Akhmad. (2018). “Spirit Islam
dalam Teknologi Pendidikan di Era Revolusi Industri 4.0”. Attarbiyah.
Vol. 28.
Syam, Aldo Redho. (2019). “Guru dan
Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam di Era Revolusi Industri 4.0“. Jurnal:
Tadris. Vol. 14.
Suwardana, Hendra. (2017). “Revolusi
Industri 4. 0 Berbasis Revolusi Mental” Jurnal JATI UNIK. Vol. 1. No. 2.
Tim UIN-SUKA. (2019). Sosialisasi
Pembelajaran Menjadi Mahasiswa Visioner. Yogyakarta: UIN-SUKA.
[1] Mujammil Qomar, Manajemen
Pendidikan Islam, (Surabaya: Erlangga, 2007), hlm. 157.
[2] Aldo Redho Syam,
“Guru dan Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam di Era Revolusi
Industri 4.0“, Jurnal: Tadris, Vol. 14, (2019), hlm. 3.
[3] Eko Risdianto, Analsisis
Pendidikan Indonesia di Era Revolusi Industri 4.0. (Bengkulu: Universitas
Bengkulu. 2019), hlm. 2.
[4] Ramayulis dan Samsul
Nizar, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2009), hlm.
191.
[5] Haidar Putra, Pendidikan
Islam, (Jakarta: Kencana, 2004), hlm. 12.
[6] Hajar Dewantoro,
“Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam”, Jurnal Pendidikan Islam
Fakultas Ilmu Agama Islam, Vol. 9, (2003), hlm. 49.
[7] Khusnan Arif,
“Teknologi Pembelajaran PAI (Pendidikan Agama Islam) dalam Paradigma
Konstruktivistik”, Jurnal Fikroh, Vol 4 No. 2 (Januari 2011), hlm 65.
[8] Tim UIN-SUKA, Sosialisasi
Pembelajaran Menjadi Mahasiswa Visioner, (Yogyakarta: UIN-SUKA, 2019), hlm.
59.
[9] Udin Syaefudin Sa’ud,
Inovasi Pendidikan, (Bandung: Alfabeta, 2009), hlm. 119.
[10] Waid Abul, Menguak
Fakta Sejarah Penemuan Sains Dan Teknologi Yang Diklaim Barat, (Jogjakarta:
Laksana, 2014), hlm. 39.
[11] Tedi Priatana,
“Inovasi Pembelajaran PAI Di Sekolah Pada Era Disruptive Innovation”, Jurnal
Tatsqif: Jurnal Pemikiran dan Penelitian Pendidikan, Vol. 16, (2018), hlm
28-29.
[12] Akhmad Syahri,
“Spirit Islam dalam Teknologi Pendidikan di Era Revolusi Industri 4.0”, Attarbiyah,
Vol. 28, (2018), hlm. 62.
[13] Hendra Suwardana,
“Revolusi Industri 4. 0 Berbasis Revolusi Mental” Jurnal JATI UNIK, Vol.
1, No. 2, (2017), hlm. 102-110.
[14] Munir, Kurikulum
Berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi, (Bandung: Alfabeta. 2009),
hlm. 111.
0 Response to "DESAIN PENGEMBANGAN KURIKULUM SEKOLAH ISLAM DI ERA 4.0"
Post a Comment